Selasa, 23 Juni 2009

Makrab HMI Komfak Ekonomi (20 Mei 2009)

Oleh: Puji Astuti

Keberangkatan
Sore itu sekitar pukul 17.00 aku berada di kampus sedang mengikuti kuliah metodologi Penelitian. Ketika itu kelompokku mendapat giliran presentasi. Ketika itu hujan mengalir cukup deras, sehingga teman-temanku di komisariat menunda keberangkatanya menuju rumah Mba Sita.

Seusai kuliah aku solat maghrib, seusai solat seorang sahabatku meminta diantar pulang, dialah Alifah. Aku merasa berdosa jika menolah permohonanya, kerena saat itu hujan. Mengantar Alifah membuatku merada lapar, kama makanlah aku. Karena merasa terlambat aku segera ke komisariat.

Waktu menjelang pukul 19.00, saat itu semua yang ingin ikut makrab sudah berkumpul (Roky, Randi, Lizam, Shinta, dan Puji), kami memulai perjalanan. Jalan di kota memang terasa ramai dan landai, namun setelah kota terlewat udara mulai terasa dingin dan jalan mulai menantang.

Rumah Mba Sita
Jalan yang berliku sudah terlewati, sekarang kami disambut dengan gerbang tinggi, kami memasukinya. Setelah mengetuk pintu terdekat, si empunya rumah mengatakan bahwa rumah Mba Sita bukan rumah itu, jadi kami harus jalam menuju rumah Mba Sita.

Ketika Mba Sita melihat kami, kami disambut dengan senyum dan canda. Dengan bergiliran kami memasukan motor ke rumah Mba Sita. Mba Sita mempersilahkan kami duduk di ruang tamu, sembari menyediakan makanan dan camilan. Di tengah hangatnya suasana, ada orang yang iseng untuk mengajak solat. Solat isya telah dilaksanakan, mba Sita mengajak kami makan, aku memang rakus sudah makan malam masih makan lagi.

Usai makan kami memulai mengabrol di ruangan berkerpet sambil menonton televisi. Di tengah obrolan itu Mba Resty, Mas Wahyuni, dan Fanani hadir. Mulanya Lizam memulai dengan obrolan mengenai Emha. Karena panjangnya obrolan waktu itu, kegiatan menonton film dibatalkan, kamipun istirahat. Untuk soal tidur laki-laki dan perempuan ada hijabnya. Begitu raga tersagar solat subuh dilaksanakan. Orang sekarang jaim ya, habis bangun tidur pakai cuci muka segala, baru makan.

Kaliurang
Pamitan telah dilaksanakan, kami memacu sepeda motor menuju Kaliurang, Telogo Putri Tujuan kami. Begitu dampai di gerbang, ternyata belum dibuka. Sebelum gerbang dibuka kami makan jadah tempe sambil berbincang. Kami mendaki sampai gardu pandang. Pak Kom pernah kesitu, kini giliranya menjadi guide. Jalan menuju gardu pandang agak rusak. Di tengah jalan kami bertemu pedagang ier minum, biarpun tidak membeli, seorang teman putri menyepanya, dialah Shinta. Sesampainya di gardu pandang, kami beristirahat (bukan tidur). Semua lelaki menaiki lantai atas gardi pandang, tak ada perempuan yang berani mencobanya. Merasa waktu berharga , kami beranjak untuk menuruni bukit. Sebelum jauh dari gardu pandang Pak Kom disadarkan bahwa tasnya ketinggalan. Diapun mengambil tasnya. Sesampainya di bawah kami berjumpa dengan monyet/ kera/ munyuk. Di tempat parkir kamipun mengumpulkan iuran intuk Mba Sita, Mba Sita memolaknya.

Kepulangan
Kami menuruni jalan Kaliurang manuju jogja, halan cukup lancar. Biarpun berliku aspalnya tertata dengan halus. Jalan itu mengantarkan kami ke peraduan masing-masing.
Have a Nice Memories

Senin, 22 Juni 2009

Adu Kritik yang Konstruktif

Seputar Indonesia, Sabtu 20 Juni 2009

Oleh Randi Kurniawan
Masa kampanye presiden telah berlangsung. Pada masa ini, masing-masing kandidat dan timnya mengeluarkan kekuatan terbaiknya guna mencapai tujuan, yaitu memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan presiden 8 Juli nanti.

Terdapat sejumlah hal yang mewarnai pemilihan menuju kursi presiden dan wakil presiden ini. Pertama, para kandidat menyampaikan visi dan misi melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Meski mengeluarkan dana yang tidak sedikit, langkah ini dilakukan guna memperkenalkan visi dan misi tersebut kepada rakyat yang berpotensi memilihnya. Kedua, masa ini ditandai dengan sikap para kandidat yang mengunggulkan diri dibandingkan kandidat lain. Tentu hal ini wajar dalam berpolitik, guna mengesankan dirinya lebih baik dibanding kandidat lain di mata rakyat. Ketiga, masa ini ditandai pula dengan saling kritik antar kandidat. Kelemahan seorang kandidat merupakan titik tolak munculnya saling kritik ini. Namun, menjadi parah bila mengarah pada personalitas kandidat. Bila ini terjadi, persaingan sudah tidak sehat lagi.

Padahal bila dicermati, para kandidat capres diisi oleh putra – putri terbaik bangsa. Mereka adalah tokoh-tokoh yang sangat dihargai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, meski tak luput dari kelemahan. Soesilo Bambang Yudyonono adalah presiden RI ke 6, sementara Jusuf Kalla masih menjadi wakil presiden sampai saat ini. Adapun Megawati juga merupakan orang yang dihormati karena pernah menempati posisi sebagai presiden RI. Melihat pengalaman dalam pemerintahan, tentu tidak diragukan lagi kapabilitas dan komitmen mereka dalam melanjutkan kepemimpinan dan pembangunan bangsa ini sampai tahun 2014. Hanya saja, tetap akan dipilih kandidat yang terbaik, yang merupakan pilihan rakyat Indonesia.

Agar rakyat bisa menentukan pilihan dengan baik dan benar, tentu diperlukan perbandingan antar kandidat, sehingga dapat muncul keputusan objektif dari rakyat dalam menentukan pilihan terbaiknya. Karena itu, kapabilitas dan komitmen para kandidat untuk membangun negeri ini harus diwujudkan dalam rencana program-program konkret yang dipublikasikan ke masyarakat luas. Selain itu, bila masing-masing kandidat memublikasikan program-program konkretnya di berbagai bidang, akan muncul ruang-ruang untuk melakukan kritik antar sesama kandidat. Antar kandidat satu dengan kandidat lainnya bisa saling menyampaikan kritik, dengan menunjukkan kelemahan dari program yang ditawarkan kandidat pesaing, bukan lagi dalam ranah personalitas. Bila program seorang kandidat dikritik dari pesaing, maka kandidat tersebut harus melihat ulang program yang dibuatnya, lalu menjawab kritik dari pesaing, bahkan lebih baik bila melakukan kritik balik terhadap program yang ditawarkan pesaingnya di bidang yang sama.

Bila proses ini berlangsung, satu keuntungan utama yakni para kandidat akan berhati-hati dalam menyampaikan program yang kelihatannya sangat baik, tapi pencapaian sulit bahkan tidak realistis, sebab khawatir akan dikritik oleh kandidat lain. Apalagi bila kandidat lain bisa menawarkan program yang lebih realistis implementasinya dan membawa kemaslahatan bagi rakyat banyak. Dengan demikian, para kandidat akan berusaha keras menyusun program-program terbaiknya dan realistis dicapai. Kondisi inilah yang ditunggu. []