Dimuat di Sindo, Selasa 21 April 2009
Oleh Randi Kurniawan
Hiruk-pikuk perhelatan politik terbesar bangsa ini belumlah usai. Pasca pemilihan umum legislatif pada 9 April kemarin, rakyat Indonesia kembali akan memilih presiden dan wakil presiden pada bulan Juli. Antara April sampai Juli pun diisi dengan konsolidasi partai-partai untuk mengajukan calon presiden dan wakil presiden. Tak heran bila pemberitaan politik di media massa masih mendominasi dibanding berita lainnya.
Bukan hanya media, pemerintah juga fokus dalam penyelenggaraan pemilu karena yang paling bertanggung jawab atas pemilu memang pemerintah. Karena itu, pemerintah menaruh perhatian besar dengan niat untuk menjadikan pemilu ini lancar, tertib, dan damai. Selain pemerintah dan media, rakyat juga ikut terkuras energinya dalam perhelatan akbar ini. Pada masa kampanye, ibaratnya rakyat memiliki pekerjaan baru, yaitu ikut meramaikan kampanye. Tentunya ada imbalannya karena yang mengikuti kampanye ini notabene dari kalangan menengah ke bawah yang memang menginginkan kompensasi dari waktu yang telah mereka luangkan. Sementara bagi kaum menengah ke atas, tidak mungkin membuang-buang waktu di bawah terik matahari, hanya untuk mendengarkan “ocehan” dari para pemimpin partai.
Karena pemerintah, media, dan rakyat sibuk mengurusi politik, tepatlah bila tahun ini disebut pula sebagai tahun politik. Tahun ini, rakyat akan menentukan pilihan pada tokoh yang akan bekerja untuknya selama 5 tahun ke depan. Tentunya harapan rakyat adalah terjadi perubahan terhadap kondisi mereka dari yang kurang baik menjadi baik, terutama menyangkut tingkat kesejahteraan. Pasalnya, saat ini rakyat sedang dibebani penderitaan akut akibat makin kecilnya kesempatan kerja dan makin rendahnya kepemilikan rakyat kecil terhadap aset-aset ekonomi. Akibatnya, Indonesia masih berkubang dengan angka kemiskinan 15,9 persen (versi BPS Maret 2008) dari sekitar 225 juta jiwa penduduk Indonesia, serta tingkat pengangguran sebesar 8,5 persen dari 111,5 juta jiwa angkatan kerja.
Karena itu, tentu kita berharap agar pemilu ini membawa perubahan besar berkenaan peningkatan kesejahteraan rakyat. Memang tantangannya berat karena terdapat beberapa faktor penghambat. Pertama, terjadi kecenderungan terjadinya penurunan aktivitas ekonomi di masa mendatang. Tantangan ekonomi yang dihadapi bangsa ini makin berat. Berbagai prediksi menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2009 ini hanya berkisar antara 4 sampai 5 persen. Tentunya ini makin mengurangi penyerapan tenaga kerja sehingga pertambahan tenaga kerja tiap tahunnya malah tidak bisa diserap oleh peningkatan aktivitas ekonomi. Karena itu, meski tetap terjadi pertumbuhan, bisa saja pengangguran makin bertambah dan kesejahteraan rakyat makin turun. Kedua, bila pemilu yang mengantarkan pemimpin ternyata menimbulkan konflik berkepanjangan, maka efeknya akan merugikan rakyat, dan berimplikasi lebih luas pada dunia bisnis.
Karena itu, menjadi tanggung jawab kita bersama untuk tetap menjaga stabilitas politik di negeri ini agar permasalahan ekonomi Indonesia, terutama karena dampak dari adanya krisis finansial global, dapat kita lewati dengan selamat. Bila stabilitas politik pasca pemilu tercipta, ini akan menjadi salah satu pertimbangan penting bagi investor untuk melakukan aktivitas ekonomi di tanah air. Diharapkan dengan ekonomi yang bergairah, kesejahteraan rakyat akan semakin baik.
Oleh Randi Kurniawan
Hiruk-pikuk perhelatan politik terbesar bangsa ini belumlah usai. Pasca pemilihan umum legislatif pada 9 April kemarin, rakyat Indonesia kembali akan memilih presiden dan wakil presiden pada bulan Juli. Antara April sampai Juli pun diisi dengan konsolidasi partai-partai untuk mengajukan calon presiden dan wakil presiden. Tak heran bila pemberitaan politik di media massa masih mendominasi dibanding berita lainnya.
Bukan hanya media, pemerintah juga fokus dalam penyelenggaraan pemilu karena yang paling bertanggung jawab atas pemilu memang pemerintah. Karena itu, pemerintah menaruh perhatian besar dengan niat untuk menjadikan pemilu ini lancar, tertib, dan damai. Selain pemerintah dan media, rakyat juga ikut terkuras energinya dalam perhelatan akbar ini. Pada masa kampanye, ibaratnya rakyat memiliki pekerjaan baru, yaitu ikut meramaikan kampanye. Tentunya ada imbalannya karena yang mengikuti kampanye ini notabene dari kalangan menengah ke bawah yang memang menginginkan kompensasi dari waktu yang telah mereka luangkan. Sementara bagi kaum menengah ke atas, tidak mungkin membuang-buang waktu di bawah terik matahari, hanya untuk mendengarkan “ocehan” dari para pemimpin partai.
Karena pemerintah, media, dan rakyat sibuk mengurusi politik, tepatlah bila tahun ini disebut pula sebagai tahun politik. Tahun ini, rakyat akan menentukan pilihan pada tokoh yang akan bekerja untuknya selama 5 tahun ke depan. Tentunya harapan rakyat adalah terjadi perubahan terhadap kondisi mereka dari yang kurang baik menjadi baik, terutama menyangkut tingkat kesejahteraan. Pasalnya, saat ini rakyat sedang dibebani penderitaan akut akibat makin kecilnya kesempatan kerja dan makin rendahnya kepemilikan rakyat kecil terhadap aset-aset ekonomi. Akibatnya, Indonesia masih berkubang dengan angka kemiskinan 15,9 persen (versi BPS Maret 2008) dari sekitar 225 juta jiwa penduduk Indonesia, serta tingkat pengangguran sebesar 8,5 persen dari 111,5 juta jiwa angkatan kerja.
Karena itu, tentu kita berharap agar pemilu ini membawa perubahan besar berkenaan peningkatan kesejahteraan rakyat. Memang tantangannya berat karena terdapat beberapa faktor penghambat. Pertama, terjadi kecenderungan terjadinya penurunan aktivitas ekonomi di masa mendatang. Tantangan ekonomi yang dihadapi bangsa ini makin berat. Berbagai prediksi menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2009 ini hanya berkisar antara 4 sampai 5 persen. Tentunya ini makin mengurangi penyerapan tenaga kerja sehingga pertambahan tenaga kerja tiap tahunnya malah tidak bisa diserap oleh peningkatan aktivitas ekonomi. Karena itu, meski tetap terjadi pertumbuhan, bisa saja pengangguran makin bertambah dan kesejahteraan rakyat makin turun. Kedua, bila pemilu yang mengantarkan pemimpin ternyata menimbulkan konflik berkepanjangan, maka efeknya akan merugikan rakyat, dan berimplikasi lebih luas pada dunia bisnis.
Karena itu, menjadi tanggung jawab kita bersama untuk tetap menjaga stabilitas politik di negeri ini agar permasalahan ekonomi Indonesia, terutama karena dampak dari adanya krisis finansial global, dapat kita lewati dengan selamat. Bila stabilitas politik pasca pemilu tercipta, ini akan menjadi salah satu pertimbangan penting bagi investor untuk melakukan aktivitas ekonomi di tanah air. Diharapkan dengan ekonomi yang bergairah, kesejahteraan rakyat akan semakin baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar