Oleh Iqbal Kautsar
Seputar Indonesia, 17 Januari 2009
Tak bisa dipungkiri, kebiadaban agresi militer Israel ke Jalur Gaza yang telah berlangsung sejak 27 Desember 2008 lalu telah memberikan duka teramat dalam bagi 1.4 juta rakyat Palestina di jalur Gaza. Sudah lebih dari 1200 nyawa rakyat Palestina, termasuk 410 anak-anak, melayang sia-sia. Lebih dari 5000 korban cedera akibat tindakan tak berperikemanusiaan Israel .
Kondisi infrastruktuar di Jalur Gaza pun hancur lebur. Jalan-jalan, sekolah, masjid, jaringan gardu listrik, saluran air bahkan rumah sakit banyak tak luput dari sasaran serangan Israel. Jaringan listrik, air bersih dan telepon sudah tidak tersedia lagi. Bahkan, sekitar 14 persen dari total bangunan di Jalur Gaza tak bisa lagi digunakan. Menurut Biro Pusat Statistik Palestina (17/1), kerugian infrastruktur diperkirakan telah mancapai Rp 5,235 triliun.
Melihat kondisi seperti itu, bisa dibayangkan betapa menderitanya rakyat Gaza saat ini. Rakyat Gaza yang masih hidup mengalami tekanan psikologis dan psikis karena setiap menit dihantui bom-bom dan rudal-rudal Israel. Di tambah lagi, keinginan mereka untuk keluar dari ‘medan pembantaian’ ini tidak bisa dilaksanakan karena adanya tembok pembatas yang dibangun Israel. Bantuan kemanusiaan untuk menolong rakyat Gaza juga tidak leluasa masuk karena kontrol dan pembatasan yang ketat dari Israel. Rakyat Gaza mau tidak mau harus menerima kenyatan pahit ini.
Jujur saja, saya yang di sini melihat saja, merasakan betapa perihnya perang ini, apalagi rakyat Gaza yang mengalaminya. Daripada kita memikirkan siapa yang salah atau yang benar, entah itu Israel atau Hamas, lebih baik kita lebih memperhatikan usaha penyelamatan rakyat Gaza. Faktor kemanusiaan adalah hal terpenting untuk dipenuhi.
Menurut hemat penulis, ada tiga usaha yang mendesak dilakukan untuk menyelamatkan rakyat Gaza. Pertama, penghentian agresi militer Israel ke jalur Gaza yang dibarengi dengan penghentian serangan roket Hamas ke wilayah Israel. Usaha ini merupakan yang paling utama dilakukan agar rakyat Gaza bisa tenang menjalani kehidupan seperti sedia kala.
Kedua, baik Israel maupun Mesir sebagai negara yang berbatasan dengan Jalur Gaza, harus membuka seluas-luasnya pintu perbatasannya untuk memberikan akses masuk bagi relawan dan bantuan kemanusiaan internasional. Rakyat Gaza saat ini sangat mengharapkan bantuan seperti obat-obatan, makanan dan pakaian untuk bisa bertahan hidup.
Ketiga, ini yang semestinya harus dilakukan oleh setiap bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia sebagai sesama umat manusia, khususnya muslim, harus melakukan jihad untuk membantu rakyat di jalur Gaza. Jihad di sini bukan dimaksudkan dengan jalur kekerasan, tetapi kita melakukan jihad melalui harta dan doa kita.
Mari kita mendonasikan harta kita lewat jalur-jalur bantuan yang resmi dan terpercaya. Mari pula kita berdoa demi ketegaran dan ketabahan rakyat Gaza dalam menghadapi cobaan ini. Sahabat kita di Gaza tidak butuh tentara untuk melawan Israel, tetapi mereka lebih membutuhkan bantuan materi dan spiritual dari kita
Seputar Indonesia, 17 Januari 2009
Tak bisa dipungkiri, kebiadaban agresi militer Israel ke Jalur Gaza yang telah berlangsung sejak 27 Desember 2008 lalu telah memberikan duka teramat dalam bagi 1.4 juta rakyat Palestina di jalur Gaza. Sudah lebih dari 1200 nyawa rakyat Palestina, termasuk 410 anak-anak, melayang sia-sia. Lebih dari 5000 korban cedera akibat tindakan tak berperikemanusiaan Israel .
Kondisi infrastruktuar di Jalur Gaza pun hancur lebur. Jalan-jalan, sekolah, masjid, jaringan gardu listrik, saluran air bahkan rumah sakit banyak tak luput dari sasaran serangan Israel. Jaringan listrik, air bersih dan telepon sudah tidak tersedia lagi. Bahkan, sekitar 14 persen dari total bangunan di Jalur Gaza tak bisa lagi digunakan. Menurut Biro Pusat Statistik Palestina (17/1), kerugian infrastruktur diperkirakan telah mancapai Rp 5,235 triliun.
Melihat kondisi seperti itu, bisa dibayangkan betapa menderitanya rakyat Gaza saat ini. Rakyat Gaza yang masih hidup mengalami tekanan psikologis dan psikis karena setiap menit dihantui bom-bom dan rudal-rudal Israel. Di tambah lagi, keinginan mereka untuk keluar dari ‘medan pembantaian’ ini tidak bisa dilaksanakan karena adanya tembok pembatas yang dibangun Israel. Bantuan kemanusiaan untuk menolong rakyat Gaza juga tidak leluasa masuk karena kontrol dan pembatasan yang ketat dari Israel. Rakyat Gaza mau tidak mau harus menerima kenyatan pahit ini.
Jujur saja, saya yang di sini melihat saja, merasakan betapa perihnya perang ini, apalagi rakyat Gaza yang mengalaminya. Daripada kita memikirkan siapa yang salah atau yang benar, entah itu Israel atau Hamas, lebih baik kita lebih memperhatikan usaha penyelamatan rakyat Gaza. Faktor kemanusiaan adalah hal terpenting untuk dipenuhi.
Menurut hemat penulis, ada tiga usaha yang mendesak dilakukan untuk menyelamatkan rakyat Gaza. Pertama, penghentian agresi militer Israel ke jalur Gaza yang dibarengi dengan penghentian serangan roket Hamas ke wilayah Israel. Usaha ini merupakan yang paling utama dilakukan agar rakyat Gaza bisa tenang menjalani kehidupan seperti sedia kala.
Kedua, baik Israel maupun Mesir sebagai negara yang berbatasan dengan Jalur Gaza, harus membuka seluas-luasnya pintu perbatasannya untuk memberikan akses masuk bagi relawan dan bantuan kemanusiaan internasional. Rakyat Gaza saat ini sangat mengharapkan bantuan seperti obat-obatan, makanan dan pakaian untuk bisa bertahan hidup.
Ketiga, ini yang semestinya harus dilakukan oleh setiap bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia sebagai sesama umat manusia, khususnya muslim, harus melakukan jihad untuk membantu rakyat di jalur Gaza. Jihad di sini bukan dimaksudkan dengan jalur kekerasan, tetapi kita melakukan jihad melalui harta dan doa kita.
Mari kita mendonasikan harta kita lewat jalur-jalur bantuan yang resmi dan terpercaya. Mari pula kita berdoa demi ketegaran dan ketabahan rakyat Gaza dalam menghadapi cobaan ini. Sahabat kita di Gaza tidak butuh tentara untuk melawan Israel, tetapi mereka lebih membutuhkan bantuan materi dan spiritual dari kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar