
Tanggal 7 Desember 2008 pukul 20.30-22.30
Oleh Nugroho
(Fasilitator FGD dan Pengurus Alifa)
Serangkai dengan kegiatan penyaluran hewan Qurban Alumni HMI FEB, Komisariat bekerjasama dengan Yayasan AliFa memfasilitasi Temu Warga Dusun Kedungan Desa Sambeng Kecamatan Borobudur pada tanggal 7 Desember lalu. Acara dimulai pukul 20.30 dan berakhir setelah berjalan selama 2 jam. Acara yang dihadiri 30 warga Dusun Kedungan bertujuan untuk mencari permasalahan pada infrastruktur, pertanian, perekonomian dan permasalahan social.
Ide acara ini berawal dari rapat di komisariat yang dipimpin Pak Kom-Roky pada akhir November lalu. Pada rapat yang juga menunjuk Puji Astuti sebagai Ketua Panitia Qurban, muncul ide “ Pendampingan Desa”. Forum berkeinginan setelah qurban ada kegiatan yang berkelanjutan selama satu tahun ke depan.
Langkah awal rencana Pendampingan Desa dimulai dengan diskusi terarak dengan warga Dusun Sambeng. Pertemuan ini bertujuan memahami masalah dan membantu merumuskan kebijakan guna memecahkan masalah desa. Pilihan pendekatan partisipatif untuk mencapai perumusan kebijakan yang tepat dan didukung masyarakat desa.
Participatory Rural Appraisal= PRA merupakan pendekatan dan metode yang memungkinkan masyarakat desa saling berbagi, menambah dan menganalisis pengetahuan tentang kondisi kehidupannya dalam rangka untuk membuat perencanaan dan tindakan.
PRA menekankan pada proses, di mana dinamika internal masyarakat desa menjadi fokus fasilitator. Perubahan didasarkan pada kemampuan masyarakat setempat, pemberdayaan masyarakat, proses bersifat fasilitatif dan partisipatif, diarahkan pada perubahan perilaku, terbentuknya kelembagaan dan tindakan masyarakat lokal yang berkelanjutan.
Pertemuan warga dilaksanakan dengan penuh keakraban. Diawali dengan pembagian kelompok beserta fasilitator pendamping. Kelompok I difasilitasi oleh Hohok, Randi, Kari, Agus, Vina, Resti; Kelompok II difasilitasi oleh Roky, Zarkasi, Wahyu, Novan, Sania, Pita; Kelompok III difasilitasi oleh Aulia, Suryo, Lizam, Fina, Intan; Kelompok IV difasilitasi oleh Puji Astuti, Shinta, Dedi, Romadhon.
Empat kelompok yang terbentuk membahas keadaan dan menemukan permasalahan yang ada pada sektor kajiannya. Pada akhir sesi, perwakilan kelompok mengungkapkan permasalahan sektornya kepada kelompok lainnya.
Toro, perwakilan kelompok satu (sektor infrastruktur) menampilkan Peta Desa Sambeng beserta dengan sarana dan prasarana yang ada serta distribusi penduduknya.
Dusun I 77 KK
Dusun II 70 KK
Dusun III 70 KK
Dusun IV 43 KK
Dusun V 55 KK
Dusun VI 22 KK
Pengungkapan penduduk terdapat permasalahan pada infrastruktur
1. Tikungan yang runcing pada jalan masuk ke Dusun Kedungan
2. Aspal rusak pada beberapa ruas
3. Jalan masuk ke Dusun III masih berupa jalan batu
4. Pada jalan besar, beberapa tikungan tajam perlu dikikis untuk memudahkan pengendara, penanaman rumput kolonjono juga perlu diatur agar tidak terlalu dekat dengan jalan agar tidak mengganggu jarak pandang pengendara
5. Pada musim hujan terdapat genangan air yang berpotensi merusak jalan sehingga perlu dibuat drainase
Maryoto perwakilan kelompok dua memaparkan bahwa pertanian di Desa Sambeng hanya mengandalkan air hujan, saat kemarau beberapa lahan tidak bias ditanami. Kelompok tani tidak ada di desa ini. Pupuk bersubsidi tidak masuk daerah ini karena desa tidak mengajukan pagu untuk mendapatkan alokasi pupuk bersubsidi.
Pengungkapan masalah
1. Pupuk bersubsidi tidak masuk Desa Sambeng
2. Bagaimana membuat kelompok tani?
3. Bagaimana membuat pupuk kompos?
4. Bagaimana membuat hasil tambahan pada musim kemarau?
5. Ditemukan beberapa lahan gundul, bagaimana memberdayakannya?
Menurut penuturan Umar perwakilan kelompok tiga, kehidupan penduduk sebagian besar ditopang oleh pertanian. Sebagian besar lahan berupa ladang yang ditanami jagung, cabe, ketela. Penduduk juga membudidayakan kenanga untuk dijual ke luar daerah. Dulu pernah ada yang mengusahakan penyulingan bunga kenanga. Harga minyak mencapai 50000 per liter. Sebagian besar penduduk mengusahakan ternak. Jenis ternak yang diusahakan adalah kambing dan sapi. Pengusahaan ternak dilakukan oleh orang tua, dibantu oleh anaknya untuk mencari rumput. Selepas sekolah anak-anak berusia SMA mencari rumput di desa. Pada musim kemarau, pencarian rumput dilakukan sampai luar daerah. Pemuda usia 18-30 tahun yang belum memisahkan diri (belum menikah) masih ditopang oleh keluarganya dalam hal makan. Untuk keperluan di luar makan, mereka mencari uang dengan menjual jasa membelah kayu yang berasal dari Kalibawang. Ada beberapa orang yang punya gergaji di dusun ini. Dalam sehari, 2 orang pekerja mendapat uang dari juragan di Kalibawang 200.000 dengan perincian 60.000 untuk tenaga, 50.000 untuk bensin dan rokok, sementara 90.000 untuk pemilik gergaji. (penuturan pelaku).
Beberapa permasalahan
1. Permasalahan pada pertanian
2. Mahalnya harga minyak tanah
3. Peternakan pada musim kemarau
4. Kelangkaan pupuk dan minyak tanah
Pujiono, perwakilan kelompok empat memaparkan bahwa kegiatan sosial sudah berjalan. Warga juga bergotong-royong membantu warga yang sedang ada masalah dilakukan secara sukarela.
Permasalahan yang terungkap
1. Ada kelemahan dalam berorganisasi, dibutuhkan kesadaran dan kesabaran.
Pertemuan ditutup pada pukul 22.30. selesai acara, para pemuda berkumpul untuk mengecek kesiapan panitia untuk acara esok paginya. Sementara itu, teman-teman Komisariat berjalan pulang menuju penginapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar